Rahim Pengganti

Bab 37 "Sikap Berbeda"



Bab 37 "Sikap Berbeda"

0Bab 37     

Sikap Berbeda     

Mama Ratih meminta Caca untuk tinggal di rumahnya. Namun, wanita itu lebih memilih untuk pulang. Bukan tanpa sebab, Carissa seperti itu dirinya tidak kuat berhadapan dengan suaminya di sana.     

Bian yang mendengar Della hamil seketika seluruh pusat perhatiannya hanya untuk wanita itu, Bian seolah lupa bahwa ada wanita lain yang membutuhkan dirinya.     

"Tapi udah malam loh, Nak. Kamu di sini aja dulu," ucap Mama Ratih.     

"Gak apa apa Ma. Caca ada kerjaan yang harus dikerjakan makanya gak bisa menginap. Nanti saja kalau udah waktu nya Caca akan di sini," jawab nya dengan lembut.     

"Ini bukan, karena Bian dan Della kan sayang."     

Carissa tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Tidak Ma. Ini murni karena aku sendiri," ucap Carissa. "Karena aku yang tidak sanggup berada ditengah tengah mereka," lanjut Caca dalam hati.     

"Di antar Pak Budi aja ya," usul Mama Ratih.     

"Jangan Ma. Kasihan Pak Budi kalau bolak balik, jadi mending nasi taksi aja."     

"Tap ...,"     

"Caca pulang sama aku Ma," potong Bian.     

Pria itu sudah bersiap menuju mobilnya, Carissa ingin menolak namun, tak sanggup karena Mama Ratih sudah menarik tangannya supaya bisa masuk ke dalam mobil.     

***     

Tidak ada pembicaraan dari keduanya, Caca lebih diam wanita itu enggan membuka suara, Bian menoleh ke arah istrinya yang lebih memilih menatap ke arah jendela di bandingkan ke arah nya.     

"Sayang," ucap Bian mencoba meraih tangan Carissa namun, wanita itu menyingkirkan tangan nya. Dirinya belum siap, batin Carissa menolak ketika Bian menyentuh.     

"Kamu kenapa?" tanya Bian.     

Carissa menoleh ke arah suami nya itu yang sudah menatap ke arah nya dengan tatapan dingin.     

"Gak kenapa kenapa Mas," jawab nya dengan senyum manis yang tercetak dengan jelas di wajah Caca. Hal itu semakin membuat Bian tidak terima, jawab yang disampaikan oleh Caca seolah mengartikan bahwa diri nya saat ini sedang tidak baik baik saja.     

Bian tidak lagi, bertanya dengan istrinya itu. Pria itu tegap fokus dengan ke arah depan. Mengendarai mobilnya supaya bisa sampai ke rumah, dan menyelesaikan semuanya. Suara ponsel Bian berdering, pria itu menyalahkan speaker mobil, lalu mengangkat telpon tersebut.     

"Hallo."     

"Sayang. Kamu di mana, aku gak mau di sini, jemput aku sekarang. Aku mau pulang ke rumah kita aja," ucap Della. Terdengar suara manja wanita itu.     

"Sabar ya. Aku lagi antar Carissa pulang. Nanti setelah itu aku langsung kembali ke rumah Mama."     

"Gak mau. Aku mau nya sekarang, kalau gak aku pulang sendiri," ancam Della.     

Mendengar hal itu membuat, Carissa tersenyum tipis. Diliriknya suaminya yang juga melirik Carissa terlihat jelas raut wajah pria itu bingung.     

"Iya nanti Mas Bian jemput kamu. Tunggu di sana ya Dell," ucap Caca.     

"Makasih ya Ca. Kamu memang terbaik," balas Della.     

Panggilan tersebut, terputus. Bian menghentikan mobilnya dan menatap ke arah sang istri yang sudah melepaskan selt bell nya, Carissa akan beranjak dari tempat itu namun, sebelum keluar Bian menahan tangan istrinya itu.     

"Mau ke mana?" tanya Bian dengan nada dingin.     

"Mau turun Mas. Della nunggu kamu di sana, sekarang kamu pulang. Aku bisa naik taksi nanti," ucap Caca lembut. Hal itu semakin membuat perasaan Bian tidak tenang, pria itu tidak mengerti dengan istrinya ini.     

"Tapi kamu sendiri Sayang. Tidak mungkin aku meninggalkan kamu," ucapnya.     

"Apa yang tidak mungkin Mas. Semua mungkin, sekarang kamu pulang kasihan istri kamu menunggu. Ibu hamil tidak boleh kecewa Mas," ucap Carissa sembari menahan sesk di dada nya.     

"Tapi kamu juga istri aku Ca."     

"Iya Mas. Istri kedua, sekarang kamu pulang aja. Sana biar aku bisa naik taksi," jawabnya lalu keluar dari dalam mobil.     

Brak     

Pintu mobil itu di tutup dengan kuat, dan air mata Caca juga turun tanpa henti. Untunglah ada taksi yang lewat dan Caca segera naik, Bian hanya mampu menyaksikan istrinya itu pergi tanpa ada niat untuk menghalangi.     

Dengan cepat, Bian membalikkan mobilnya menjemput Della dan segera menyusul keberadaan Caca. Sungguh hatinya tidak tenang saat ini, Bian sangat mengkhawatirkan keadaan istri nya itu. Takut jika ada sesuatu hal yang terjadi pada Carissa.     

Membayangkan hal itu saja, membuat Bian tidak tenang. Tapi dirinya juga harus menjemput Della, rasa khawatir terhadap Della juga jauh lebih besar.     

***     

Sepanjang jalan Carissa menangis, sampai supir taksi ketakutan. Carissa kecewa, kecewa karena diri nya tidak bisa egois. Kecewa karena dirinya tidak bisa berkata keras. Kenapa harus dia yang mengalah, kenapa harus diri nya yang merelakan sakit.     

Sesampainya di rumah, Carissa segera turun dan masuk ke dalam rumah. Wanita itu ingin mengistirahatkan badannya. Rasa nyeri di perut bagian bawah juga membuat, Caca tidak nyaman. Sepertinya anak nya saat ini juga merasakan apa yang dirinya rasakan.     

Tanpa berganti pakaian Caca, langsung menuju tempat tidur. Membaringkan badannya, supaya rasa sakit yang dirasakan lebih nyaman.     

"Kenapa Nak. Maaf ya hari ini, Bunda ajak kamu jalan jalan. Sehat sehat kita ya Sayang, berjuang bersama kita ya," ucapnya sembari mengusap perut yang sedikit membuncit.     

Setelah selesai mengantar Della, Bian langsung menuju ke rumahnya. Rasa khawatir terhadap sang istri membuat Bian tidak tenang. Namun, saat sampai di rumahnya, hal pertama yang dilihatnya adalah Carissa tidur dengan masih menggunakan pakaian tadi.     

Hal itu membuat, Bian terdiam dengan telaten Bian mencoba mengantikan pakaian istrinya itu supaya lebih nyaman. Setelah itu, Bian ikut merebahkan dirinya di samping sang istri memeluk erat Caca.     

Langit malam yang begitu gelap, sudah berubah menjadi terang. Tidur Carissa terusik ketika dirinya merasakan hembusan napas berada di dekat wajahnya. Secara perlahan, Caca membuka matanya. Hal pertama yang dilihat olehnya adalah Bian masih tertidur dengan sangat pulas, senyum tulus dibibir wanita itu terbit dengan sempurna.     

"Mas," gumamnya. Carissa kaget melihat suaminya ada di sana. Sejak kapan Bian pulang, banyak pertanyaan yang ada dikepalanya saat ini.     

***     

Carissa lebih diam dari biasa nya, tidak ada lagi wanita yang mengomelin Bian jika salah mengambil pakaian. Hal itu membuat Bian bertanya tanya dengan sikap sang istri.     

"Kamu kenapa Sayang?" tanya Bian. Caca yang sedang memoles selai cokelat di rotinya menghentikan tindakannya.     

"Apanya yang kenapa?" tanya Carissa balik.     

"Kamu lebih diam dari biasanya."     

"Gak kok. Aku selalu seperti ini. Gak berubah jadi power rangers atau Batman," jawab santai Caca.     

Mendengar jawaban tersebut, semakin membuat Bian menghela napasnya berat, pria itu yakin istrinya itu masih marah akan kejadian semalam. Bian mencoba mendekati istrinya namun, di urukan ketika suara panggil telpon masuk.     

Tatapan mata Bian menatap ke arah Caca, terllihat jelas pria itu sedang ragu menjawab. Carissa sekilas menatap suaminya itu, laku tersenyum dengan begitu tegar.     

"Pergilah Mas. Della saat ini membutuhkan kamu," ucapnya dengan nada lembut.     

###     

Istri sebaik Caca ada gak ya di dunia ini. Kalau aku udah ku sambal Bian biar jera. Kok kesal ya, ha ha ha, selamat membaca ya. Jangan lupa berika review kalian. Love you guyas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.